Jika ada kisah yang paling sering didaur ulang dalam kurun waktu 10 tahun
terakhir, inilah dia. Entah mengapa formula cerita 4 cowok
dan satu cewek begitu kerap dibuat ulang dari berbagai versi.
Dimulai dari manga dan anime-nya Hana
Yori Dango di Jepang, lalu diadaptasi ke serial Mandarin Meteor Garden, ke
Indonesia lewat Siapa Takut Jatuh Cinta, ke Korea lewat Boys Before
Flowers pada 2009, lalu kini ada lagi serial Korea Flower Boy Ramyun
Store yang disebut-sebut sebagai versi baru F4. O ya, mumpung ingat, Jepang membuat dorama
Hana Yori Dango pada 2005, sedang China daratan alias RCC juga
membuat versinya sendiri, Meteor Shower.
Lewat post ini, saya ingin
mengajak kalian menengok lagi kisah yang paling dikenang dari cerita 4 cowok 1
cewek: Meteor Garden dan fenomenanya awal 2000-an silam.
Manga Hana Yori Dango
Anime Hana Yori Dango
Siapa Takut Jatuh Cinta
Boys Before Flowers
Meteor Shower
Flower Boy Ramyun Store
Greatest
Moments: Meteor Garden dan F4
Pada 2002, keputusan Indosiar
menayangkan serial Meteor Garden (MG) menjadi langkah yang
menggemparkan industri hiburan. Betapa tidak, MG dan grup F4-nya jadi
epidemi baru dalam banyak aspek. Kalau dibuat reka ulang kejadiannya,
kira-kira begini rentetan kejadiannya. Saat stasiun televisi SCTV sedang
gencar-gencarnya mengiklankan sinetron Siapa Takut Jatuh Cinta (STJC)
-- trailer-nya lumayan bikin orang penasaran, tanpa banyak gembar-gembor
Indosiar mendahului dengan menayangkan MG, di jam tayang yang bukan
prime time pula, setiap Senin jam 22.00 WIB. Baru tayang satu episode, publik
heboh.
Lho, kok mirip-mirip dengan trailer STJC
ya? Dari situ MG makin banyak diperbincangkan. “Ini lho, serial yang
ceritanya ditiru sinetron STJC!” begitu kira-kira reaksi publik. Dari
rasa penasaran melihat STJC yang asli, penonton -- yang kebanyakan ABG
-- mulai kepincut pesona Jerry Yan, Vic Chou, Ken Zhu, dan Vanness Wu yang
tergabung dalam kelompok F4 dalam MG.
Sejak itu, MG dan F4 membawa
perubahan besar dalam industri hiburan Tanah Air. Pertama, tren serial -- saat
itu Indosiar sedang gencar menayangkan film Bollywood – Mandarin merambah.
Menyusul MG, stasiun-stasiun televisi lain berlomba-lomba menayangkan
serial asal Taiwan. Mulanya, semua serial yang menampilkan personel F4 seperti
Idol Boy: Poor Prince (Vic Chou), Orange Boys (Ken Zhu), serta Meteor
Rain (Jerry Yan) yang paling diburu. Lama-kelamaan apa pun judulnya,
asalkan serial Asia –juga merambah ke serial Jepang dan Korea -- pasti laku
ditonton. Dan boleh dibilang, demam serial Korea pun pengaruh resonansi demam MG
di Indonesia.
Industri musik juga kena imbas.
Posisi Westlife dan grup boy band asal Barat tergeser F4, yang juga membentuk
grup vokal, dengan album Meteor Rain. Tren idola praktis berubah pula.
Wajah-wajah artis bule macam pemain-pemain serial Dawson’s Creek -- yang
sempat jadi idola remaja era itu -- digusur wajah-wajah oriental seperti
personel F4, disusul kemunculan artis-artis Korea dan Jepang seperti Won Bin,
Bae Yong Jun, Song Seung Hun, Takuya Kimura, Hideaki Takizawa, Takeshi
Kashiwabara, dll.
Artis-artis Indonesia tak mau
ketinggalan. Tren wajah-wajah Indo di sinetron berganti wajah-wajah oriental
macam Roger Danuarta, Jonathan Frizzy, Agnes Monica, dan Leony. Ditambah lagi,
sinetron yang mengadaptasi –kalau tak mau dibilang menjiplak -- serial
Mandarin, Jepang, dan Korea muncul bak jamur di musim penghujan.
Oh ya, masih ingat ga, kemunculan
grup vokal dangdut G4ul di tengah eforia F4? Entah meniru atau tidak, yang
jelas penampilan para personel G4ul dalam video klip -- dengan kaos serba
putih, seting di pinggir pantai -- agak-agak F4 wannabe. Apalagi, potongan
rambut Saipul Jamil alias Bang Ipul waktu itu memang ala Tao Ming Se! Dan pastinya, MG dan F4
sampai mempengaruhi gaya anak-anak remaja. Salah satu imbasnya, gaya potongan
rambut. Cewek-cewek berlomba-lomba rebonding rambut agar lurus seperti San
Chai. Dan, cowok-cowok mulai memanjangkan rambutnya -- g sedikit yang
rebonding -- agar mirip Hua Ce Lei dan Tao Ming Se -- setelah tak berambut
nanas. Semua hal berbau F4, mulai VCD, kaset, CD, poster, majalah, atau artikel
sekecil apa pun soal MG dan F4 pasti laris manis. Gara-gara MG juga, bahasa Mandarin makin banyak
peminatnya. Hal ini berimbas ke dunia
pendidikan. Konon pada 2002, jumlah peminat jurusan Sastra China Universitas
Indonesia meningkat pesat. WOW!!