IMAMAH ADALAH KEWAJIBAN DALAM DOKTRTIN SYIAH. Ketika dia menjadi wajib,
maka dia harus diperjuangakan. Menurut mantan pengikut Syiah, Ustadz
Roisul Hukama, persiapan Revolusi yang seperti terjadi di Iran, juga
tengah dipersiapkan Syiah di Indonesia. “Itu cita-cita. Jelas sekali,”
tandasnya kepada para wartawan, Selasa (24/01).
Karena ini
sebuah desain yang cukup besar, rencana itu pun tengah dimatangkan
dengan melibatkan berbagai tahapan. Salah satunya menanam kader-kader
Syiah di berbagai ormas dan pemerintahan. “Harus dikuatkan dulu dengan
cara orang-orang Syiah ditanam di mana-mana. Mereka semua ada di Ormas,
Pemerintahan, dan juga partai politik,” beber pria yang juga mantan
penasehat IJABI Sampang ini.
Menurutnya konspirasi yang tengah
disiapkan di Indonesia bagian dari sebuah konspirasi berskala global.
“Ini sebenarnya bukan lokal, tapi internasional. Meski kecil mereka
punya power. Coba lihat Zionis, meski kecil tapi power tidak? Mereka
punya otak, duit dan senjata. Amerika pun bisa diperdaya,” sambungnya.
Sebelumnya, petinggi NU, Kiai As’ad Ali juga mengatakan hal yang
senada. Menurutnya, dewasa ini Syiah Indonesia sedang berupaya membuat
lembaga yang disebut Marja al-Taqlid, sebuah institusi kepemimpinan
agama yang sangat terpusat, diisi oleh ulama-ulama Syiah terkemuka dan
memiliki otoritas penuh untuk pembentukan pemerintah dan konstitusi
Syiah. Di beberapa negara yang masuk dalam kaukus Persia, lembaga itu
telah berdiri kokoh dan memainkan peran yang efektif dengan kepemimpinan
yang sangat kuat. Di Irak misalnya, lembaga Marja Al Taqlid dipimpin
oleh Ayatollah Agung Ali al-Sistani.
Lembaga Marja Al Taqlid,
selain berfungsi menyusun dan mempersiapkan pembentukan pemerintahan
beserta konstitusinya, juga berfungsi menyusun prioritas-prioritas
pemerintah, termasuk pembentukan sayap militer yang disebut maktab atau
lajnah asykariyah. Selama Marja al Taqlid ini belum terbentuk, maka
pembentukan maktab askariyah pun pastilah belum sistematis dan
terstruktur. (Pz)
Ustadz Roisul Hukama Mantan Syiah:
Jangan Percaya Dengan Orang Syiah
Menurut kaum Muslimin taqiyyah adalah sebuah istilah yang pemahamannya
hanya terarah kepada satu arti yaitu “Dusta”. Namun mengapa dalam ajaran
Syiah, berbohong justru dilestarikan ??
“Karena dalam Syiah
berbohong adalah wajib. Semakin banyak taqiyyah semakin tinggi
derajatnya,” tegas Ustadz Roisul Hukuma, mantan pengikut Syiah kepada
para wartawan kemarin, (24/01) di Kantor MUI Pusat.
Ia mengaku selama ini Syiah memang besar dengan kebohongan. “Karena jika tidak menipu, Syiah tidak akan berhasil,” lanjutnya.
Beliau juga membeberkan kedustaan-kedustaan Syiah lainnya. Salah satu
kasus menarik ialah ketika Syiah mau mengundang Muhammad Tijani As
Samawi pengarang kitab al-Syi’ah Hum Ahlus Sunnah (Syiah adalah Ahlus
Sunnah). Ia mengatakan kitab tersebut tidak lain sebagai kitab
propaganda. “Sejak kapan Syiah menjadi Ahlus Sunah ??” Tanyanya.
Namun tatkala mendengar At Tijani mau ke Indonesia, banyak ormas Islam
tidak setuju. “(Kata para ormas saat itu) coba aja kalau berani, saya
bom. Akhirnya kunjungan At Tijani dibatalkan. Dan yang datang akhirnya
Ayatullahnya dan Mahkamah Agung dari Iran.”
Menurutnya kantong
terbesar Syiah di Indonesia ada di tiga provinsi, Jawa Timur, Jawa
Tengah, Jawa Barat. “Itu kantong-kantong utama, sedangkan basis Syiah di
Jawa Tengah berada di Solo,” paparnya.
Akan tetapi secara
global, Syiah sudah menyebar di seluruh pelosok nusantara, “Pokoknya
dari Sabang sampai Maerauke ada,” imbuhnya.
Segala
kedustaan-kedustaan inilah yang akhirnya membuat beliau keluar dari
Syiah. Meski dicalonkan untuk menjadi wakit ketua DPW IJABI Jawa Timur,
ia menolaknya. Mantan Penasehat IJABI Sampang ini mengaku khawatir
dengan azab Allah. “Sudah didunia diremote orang, akhiratnya pun kacau
balau,” tutupnya.(Pz)
Mantan Pengurus IJABI:
Syiah Seratus Persen Bertolak Belakang Dengan Islam
Ustadz Roisul Hukama, Mantan Pengurus Ikatan Jama’ah Ahlul Bayt
Indonesia (IJABI) ini membeberkan kesesatan ajaran Syiah. Menurutnya,
ajaran Syiah sudah bertolak belakang seratus persen dengan ajaran Islam.
“Bukan lagi separuh persen, tapi seratus persen. Jadi setelah tahu
begitu saya out. Karena kita tidak mau semakin jauh. Nanti kita tidak
mau jadi robot yang diremot. Ya kalau untung akhiratnya, sudah didunia
diremote orang, akhiratnya pun kacau balau.” Tandasnya setelah Rapat
antara MUI dengan Ulama Se Jawa Timur di kantor MUI Pusat, Selasa 24/01.
Adik kandung Tajul Muluk ini mulai aktif dalam struktur IJABI pada
tahun 2007. Namun dalam perkembangannya, banyak kedustaan dan
penyimpangan yang dilakukan Organisasi Syiah terbesar di Indonesia itu.
“Katanya (IJABI) mengusung pluralisme, nonpolitik. Katanya non mazhab,
seluruh ahlul bait bisa masuk ke dalamnya. Tapi nyatanya, di dalam semua
mau diajak ke wilayatul faqih. Wilayatul Faqih itu artinya revolusi
imamah. Ketika saya tahu begitu dan penyimpangan-penyimpangan ushul
lainyna, ini sudah masuk ahlul bid’ah fi akidah. Akhirnya saya keluar,”
sambungnya.
Selanjutnya, ia juga membantah pemberitaan media
sekuler dan opini yang dihembuskan bahwa konflik di Sampang terjadi
karena persoalan keluarga. “Tidak ada itu. Malu mas, naïf bicara begitu,
sampai-sampai dunia internasional turun tangan. Masak gara-gara
keluarga. Istimewa sekali,” kilahnya.
Sebelumnya, Ketua Dewan
Syura IJABI Jalaluddin Rakhmat mengatakan, konflik yang terjadi antara
Sunni-Syiah di Sampang, Madura, bukan karena perbedaan pendapat,
melainkan karena perbedaan pendapatan yang dipicu oleh konflik internal
keluarga antara Ustadz Raisul Hukama dan kakaknya, Tajul Muluk. (Pz)
= INDONESIA DIANTARA 10 TAHUN KE-2 DAN KE-3 DARI REVOLUSI SYIAH =
Sungguh mengherankan, adakah yang masih mengharapkan kebaikan dari kaum
yang selalu berbohong atas Allah dan Rasul-Nya… Adakah yang masih ingin
membangun kerukunan dengan kaum yang meyakini bahwa Al-Qur’an sudah
tidak orisinil lagi… Adakah yang masih mengharapkan bersanding dengan
kaum yang mengkafirkan Abu Bakar, Umar, Utsman, bahkan seluruh Sahabat
Rasul, kecuali tiga saja (Salman al-Farisy, Miqdad dan Abu Dzar)… Adakah
yang masih berprasangka baik kepada kaum yang menuduh Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam selama hidupnya telah berzina dengan
Aisyah… Adakah Ahlus Sunnah yang masih menganggap baik kaum yang telah
membunuh ratusan bahkan ribuan ulama Ahlus Sunnah di Iran dan negara
lainnya… Adakah Ahlus Sunnah yang masih toleran dengan kaum yang tidak
mengizinkan satu pun masjid Ahlus Sunnah di Teheran Ibu kota Iran….
Sungguh tidak pernah habis rasa heran ini melihat kenyataan yang ada di
lapangan…
berikut rencana dan tahapan revolusi mereka…..
Dokumen Rahasia Agama Syi’ah Imamiyah
Inilah DOKUMEN RAHASIA sekte agama Syiah, tentang misi jangka panjang
mereka (50 th), untuk menegakkan kembali dinasti Persia yang telah
runtuh oleh Islam berabad-abad lamanya, sekaligus membumi-hanguskan
negara-negara Ahlus Sunnah, musuh bebuyutan mereka. Dokumen ini
disebarkan oleh Ikatan Ahlus Sunnah di Iran, begitu pula majalah-majalah
di berbagai negara Ahlus Sunnah (ISLAM), termasuk diantaranya Majalah
al-Bayan, edisi 123, Maret 1998.
Karena naskah yang tersebar
adalah naskah dalam bahasa arab, maka kami terjemahkan ke dalam bahasa
indonesia, agar orang yang tidak mampu berbahasa arab pun bisa memahami
isi naskah tersebut.
Sekarang kami persilahkan Anda membaca terjemahannya:
((Bila kita tidak mampu untuk mengusung revolusi ini ke negara-negara
tetangga yang muslim, tidak diragukan lagi yang terjadi adalah
sebaliknya, peradaban mereka -yang telah tercemar budaya barat- akan
menyerang dan menguasai kita.
Alhamdulillah, -berkat anugerah Allah
dan pengorbanan para pengikut imam yang pemberani- berdirilah sekarang
di Iran, Negara Syiah Itsna Asyariyyah (syiah pengikut 12 imam), setelah
perjuangan berabad-abad lamanya. Oleh karena itu, -atas dasar petunjuk
para pimpinan syi’ah yang mulia- kita mengemban amanat yang berat dan
bahaya, yakni: menggulirkan revolusi.
Kita harus akui, bahwa
pemerintahan kita adalah pemerintahan yang berasaskan madzhab syi’ah,
disamping tugasnya melindungi kemerdekaan negara dan hak-hak rakyatnya.
Maka wajib bagi kita untuk menjadikan pengguliran revolusi sebagai
target yang paling utama.
Akan tetapi, karena melihat
perkembangan dunia saat ini dengan aturan UU antar negaranya, tidak
mungkin bagi kita, untuk menggulirkan revolusi ini, bahkan bisa jadi hal
itu mendatangkan resiko besar yang bisa membahayakan kelangsungan kita.
Karena alasan ini, maka -setelah mengadakan tiga pertemuan, dan
menghasilkan keputusan, yang disepakati oleh hampir seluruh anggota-,
kami menyusun strategi jangka panjang 50 tahun, yang terdiri dari 5
tahapan, setiap tahapan berjangka 10 tahun, yang bertujuan untuk
menggulirkan revolusi islam ini, ke seluruh negara-negara tetangga, dan
menyatukan kembali dunia Islam (dengan men-syi’ah-kannya).
Karena
bahaya yang kita hadapi dari para pemimpin Wahabiah dan mereka yang
berpaham ahlus sunnah, jauh lebih besar dibandingkan bahaya yang datang
dari manapun juga, baik dari timur maupun barat, karena orang-orang
Wahabi dan Ahlus Sunnah selalu menentang pergerakan kita. Merekalah
musuh utama Wilayatul Fakih dan para imam yang ma’shum, bahkan mereka
beranggapan bahwa menjadikan faham syi’ah sebagai landasan negara,
adalah hal yang bertentangan dengan agama dan adat, dengan begitu
berarti mereka telah memecah dunia Islam menjadi dua kubu yang saling
bermusuhan.
Atas dasar ini:
Kita harus menambah kekuatan di
daerah-daerah berpenduduk Ahlus Sunnah di Iran, khususnya kota-kota
perbatasan. Kita harus menambah masjid-masjid dan husainiyyat kita di
sana, disamping menambah volume dan keseriusan dalam pengadaan
acara-acara peringatan ritual syi’ah.
Kita juga harus menciptakan
iklim yang kondusif, di kota-kota yang dihuni oleh 90-100 persen
penduduk Ahlus Sunnah, agar kita bisa mengirim dalam jumlah besar
kader-kader syi’ah dari berbagai kota dan desa pedalaman, ke
daerah-daerah tersebut, untuk selamanya tinggal, kerja, dan bisnis di
sana.
Dan merupakan kewajiban negara dan instansinya, untuk
memberikan perlindungan langsung kepada mereka yang diutus untuk
menempati daerah itu, dengan tujuan agar dengan berlalunya waktu, mereka
bisa merebut jabatan pegawai di berbagai kantor, pusat pendidikan dan
layanan umum, yang masih di pegang oleh kaum Ahlus Sunnah.
Strategi yang kami buat untuk pengguliran revolusi ini, -tidak seperti
anggapan banyak kalangan- akan membuahkan hasil, tanpa adanya kericuhan,
pertumpahan darah, atau bahkan perlawanan dari kekuatan terbesar dunia.
Sungguh dana besar yang kita habiskan untuk mendanai misi ini, tak akan
hilang tanpa timbal-balik.
Teori Memperkuat Pilar-pilar Negara:
Kita tahu, bahwa kunci utama untuk menguatkan pilar-pilar setiap
negara, dan perlindungan terhadap rakyatnya, berada pada tiga asas
utama:
Pertama: Kekuatan yang dimiliki oleh pemerintahan yang sedang berkuasa.
Kedua: Ilmu dan pengetahuan yang dimiliki oleh para ulama dan penelitinya.
Ketiga: Ekonomi yang terfokus pada kelompok pengusaha pemilik modal.
Apabila kita mampu menggoncang pemerintahan, dengan cara memunculkan
perseteruan antara ulama dan penguasanya, atau memecah konsentrasi para
pemilik modal di negara itu, dengan menarik modalnya ke negara kita atau
negara lain, tak diragukan lagi, kita telah menciptakan keberhasilan
yang gemilang dan menarik perhatian dunia, karena kita telah meruntuhkan
tiga pilar tersebut.
Adapun rakyat jelata setiap negara, yang
berjumlah rata-rata 70-80 persen, mereka hanyalah pengikut hukum dan
kekuatan yang menguasainya. Mereka disibukkan oleh tuntutan hidupnya,
untuk mencari rizki, makan dan tempat tinggalnya. Oleh karena itu,
mereka akan membela siapa pun yang sedang berkuasa. Dan untuk mencapai
atap setiap rumah, kita harus menaiki tangga utamanya.
Tetangga-tetangga kita dari kaum Ahlus Sunnah dan Wahabi adalah: Turki,
Irak, Afganistan, Pakistan, dan banyak negara kecil di pinggiran
selatan, serta gerbangnya negara teluk persia, yang tampak seakan
negara-negara yang bersatu, padahal sebenarnya berpecah-belah.
Daerah-daerah ini, adalah kawasan yang sangat penting sekali, baik di
masa lalu, maupun di masa-masa yang akan datang. Ia juga ibarat
kerongkongan dunia di bidang minyak bumi. Tidak ada di muka bumi ini
kawasan yang lebih sensitif melebihinya. Para penguasa di kawasan ini
memiliki taraf hidup yang tinggi, karena penjualan minyak buminya.
Kategori Penduduk di Kawasan Ini
Penduduk di kawasan ini terbagi dalam tiga golongan:
Pertama: Penduduk baduwi dan padang pasir, yang telah ada sejak beratus-ratus tahun lalu.
Kedua: Pendatang yang hijrah dari berbagai pulau dan pelabuhan, yang
telah hijrah sejak zaman pemerintahan Syah Isma’il as-Shofawi, dan terus
berlangsung hingga zamannya Nadirsyah Afsyar, Karim Khan Zind, Raja
al-Qojar, dan keluarga al-Bahlawi. Dan telah banyak perjalanan hijrah
dari waktu ke waktu, sejak mulainya revolusi Islam.
Ketiga: Mereka yang berasal dari negara arab lainnya, dan kota-kota pedalaman Iran.
Adapun lahan bisnis, perusahaan ekspor impor dan kontraktor, biasanya
dikuasai oleh selain penduduk asli. Sedangkan penduduk asli, kebanyakan
mereka hidup dari menyewakan lahan dan jual-beli tanah. Mengenai para
keluarga penguasa, biasanya mereka hidup dari gaji pokok penjualan
minyak buminya.
Adapun kerusakan masyarakat, budaya, banyaknya
praktik yang menyimpang dari islam, itu sangat jelas terlihat. Karena
mayoritas penduduk negara-negara ini, telah larut dalam kenikmatan
dunia, kefasikan dan perbuatan keji. Banyak dari mereka yang mulai
membeli perumahan, saham perusahaan, dan menyimpan modal usahanya di
Eropa dan Amerika, khususnya di Jepang, Inggris, Swedia, dan Swiss,
karena kekhawatiran mereka akan runtuhnya negara mereka di masa-masa
mendatang. Sesungguhnya dengan menguasai negara-negara ini, berarti kita
telah menguasai setengah dunia.
Beberapa Tahapan Dalam Menggulirkan Revolusi Ini
Untuk menjalankan misi panjang 50 tahun ini, langkah pertama yang harus
kita lakukan adalah: memperbaiki hubungan kita dengan negara-negara
tetangga, dan harus ada hubungan yang kuat dan sikap saling menghormati,
antara kita dengan mereka. Bahkan kita juga harus memperbaiki hubungan
kita dengan Irak, setelah perang berakhir dan Sadam Husein jatuh, karena
menjatuhkan seribu kawan itu lebih ringan, dibanding menjatuhkan satu
lawan.
Dengan adanya hubungan politik, ekonomi dan budaya
antara kita dengan mereka, tentunya akan masuk sekelompok kader dari
Iran ke negara-negara ini, sehingga memungkinkan kita untuk mengirim
para duta secara resmi, yang pada hakekatnya adalah pelaksana program
revolusi ini, selanjutnya kita akan tentukan misi khusus mereka saat
menugaskan dan mengirimkannya.
Janganlah kita beranggapan bahwa
50 tahun adalah waktu yang panjang, karena kesuksesan langkah kita ini
benar-benar membutuhkan perencanaan yang berkelanjutan hingga 20 tahun.
Sungguh tersebarnya paham syi’ah, yang kita rasakan di banyak negara
saat ini, bukanlah buah dari perencanaan 1 atau 2 hari.
Dulunya kita
tidak memiliki seorang pun pegawai di negara manapun, apalagi kader
dengan jabatan menteri, wakil negara dan presiden. Bahkan dulunya banyak
kelompok, seperti Wahabiah, Syafi’iah, Hanafiah, Malikiah, dan
Hanbaliah, memandang kita sebagai kelompok yang murtad dari Islam,
sehingga pengikut mereka telah berkali-kali mengadakan pemusnahan kaum
syi’ah secara massal. Memang benar kita tidak merasakan pahitnya
hari-hari itu, tetapi nenek moyang kita pernah merasakannya. Kehidupan
kita hari ini adalah buah dari gagasan, pemikiran dan langkah mereka.
Mungkin juga kita tidak akan hidup di masa depan, akan tetapi revolusi
dan madzhab kita akan tetap ada.
Untuk menunaikan misi ini,
tidaklah cukup hanya dengan mengorbankan hidup, atau apapun yang paling
berharga sekalipun, akan tetapi juga membutuhkan pemrograman yang telah
matang dikaji.
Harus ada perencanaan untuk masa depan, walaupun
untuk 500 tahun ke depan, apalagi hanya 50 tahun saja. Karena kita
adalah pewaris berjuta-juta syuhada’, yang gugur di tangan setan-setan
yang mengaku muslim, darah mereka terus mengalir dalam sejarah, sejak
meninggalnya Rasul hingga hari ini. Dan cucuran darah itu tidak akan
kering, sehingga setiap orang yang mengaku muslim, meyakini hak Ali dan
keluarga Rasulullah, mengakui kesalahan nenek moyang mereka, dan
mengakui syi’ah sebagai pewaris utama ajaran Islam.
Beberapa Tahapan Penting Dalam Perjalanan Misi Ini
Tahap Pertama (sepuluh tahun pertama):
Kita tidak ada masalah dalam menyebarkan madzhab syi’ah di Afganistan,
Pakistan, Turki, Iran dan Bahrain. Karena itu, kita akan menjadikan
tahapan sepuluh tahun kedua, sebagai tahapan pertama di 5 negara ini.
Sedangkan tugas para duta kita di belahan negara lain adalah tiga hal:
Pertama: Membeli lahan tanah, perumahan dan perhotelan.
Kedua: Menyediakan lapangan pekerjaan, kebutuhan hidup dan fasilitasnya
kepada para pengikut paham syi’ah, agar mereka mau hidup di rumah yang
dibeli, sehingga bertambah banyak jumlah penduduk yang sepaham dengan
kita.
Ketiga: Membangun jaringan dan relasi yang kuat dengan para
pemodal di pasar dagang, dengan para pegawai kantor, khususnya mereka
yang menjabat sebagai kepala tinggi, dengan tokoh publik dan dengan
siapapun yang memiliki hak keputusan penuh di berbagai instansi negara.
Di sebagian negara-negara ini, ada beberapa daerah, yang sedang dalam
proyek pengembangan, bahkan di sana ada rencana proyek pengembangan
untuk puluhan desa, kampung, dan kota kecil lainnya. Tugas wajib para
duta yang kita kirim adalah membeli sebanyak mungkin rumah di desa itu,
untuk kemudian dijual dengan harga yang pantas kepada orang yang mau
menjual hak miliknya di pusat kota. Sehingga dengan langkah ini, kota
yang padat penduduknya bisa kita rebut dari tangan mereka.
Tahap Kedua (sepuluh tahun kedua):
Kita harus mendorong masyarakat syi’ah untuk menghormati UU, taat
kepada para pelaksana UU dan pegawai negara, serta berusaha mendapatkan
surat ijin resmi untuk berbagai acara ritual syi’ah, pendirian masjid,
dan husainiyyat. Karena surat ijin resmi tersebut, akan kita ajukan
sebagai tanda bukti resmi di masa-masa mendatang untuk mengadakan
berbagai acara dengan bebas.
Kita juga harus berkonsentrasi pada
kawasan yang tinggi tingkat kepadatan penduduknya, untuk kita jadikan
sebagai tempat diskusi tentang masalah-masalah (syiah) yang sangat
sensitif.
Para duta syi’ah, -pada dua tahapan ini- diharuskan untuk
mendapatkan kewarganegaraan dari negara yang ditempatinya, dengan
memanfaatkan relasi atau hadiah yang sangat berharga sekalipun. Mereka
juga harus mendorong para kadernya agar menjadi pegawai negeri, dan
segera masuk -khususnya- dalam barisan militer negara.
Pada
pertengahan tahap kedua: Harus dihembuskan -secara rahasia dan tidak
langsung- isu bahwa ulama Ahlus Sunnah dan Wahabiah adalah penyebab
kerusakan di masyarakat, dan berbagai praktek menyimpang syariat yang
banyak terjadi di negara itu. Yaitu melalui selebaran-selebaran yang
berisi kritikan, dengan mengatas-namakan sebagian badan keagamaan atau
tokoh Ahlus Sunnah dari negara lain. Tak diragukan lagi, ini akan
memprovokasi sejumlah besar rakyat negara itu, sehingga pada akhirnya
mereka akan menangkap pimpinan agama atau figur Ahlus Sunnah yang
dituduh itu, atau kemungkinan lain; rakyat negara itu akan menolak isi
selebaran itu, dan para ulamanya akan membantahnya dengan sekuat tenaga.
Dan setelah itu kita munculkan banyak huru hara, yang akan berakibat
pada diberhentikannya penanggung jawab masalah itu, atau digantikannya
dengan staf yang baru.
Langkah ini, akan menyebabkan buruknya
kepercayaan pemerintah kepada seluruh ulama di negaranya, sehingga
menjadikan mereka tidak bisa menyebarkan agama, membangun masjid dan
pusat pendidikan agama. Selanjutnya pemerintah akan menganggap seluruh
ajakan yang berbau agama sebagai bentuk pelanggaran terhadap peraturan
negara.
Ditambah lagi, akan berkembang rasa benci dan saling menjauh
antara penguasa dengan ulama di negara itu, sehingga Ahlus Sunnah dan
Wahabiyah akan kehilangan pelindung mereka dari dalam, padahal tidak
mungkin ada orang yang melindungi mereka dari luar.
Tahap Ketiga (sepuluh tahun ketiga):
Pada tahap ini, telah terbangun jaringan yang kuat, antara duta-duta
kita dengan para pemilik modal dan pegawai atasan, diantara mereka juga
banyak yang telah masuk dalam barisan militer dan jajaran pemerintahan,
yang bekerja dengan penuh ketenangan dan hati-hati, tanpa ikut campur
dalam urusan agama, sehingga kepercayaan penguasa lebih meningkat lagi
dari sebelumnya.
Pada tahapan ini, di saat berkembangnya
perseteruan, perpecahan, dan iklim yang memanas antara penguasa dengan
ulama, maka diharuskan kepada sebagian ulama terkemuka syiah yang telah
menjadi penduduk negara itu, untuk mensosialisasikan keberpihakan mereka
kepada penguasa negara itu, khususnya pada musim-musim ritual keagamaan
(syi’ah), sekaligus menampakkan bahwa syi’ah adalah aliran yang tak
membahayakan pemerintahan mereka. Apabila situasi memungkinkan mereka
untuk bersosialisasi melalui media informasi yang ada, maka janganlah
ragu-ragu memanfaatkannya untuk menarik perhatian para penguasa,
sehingga mereka senang dan menempatkan kader kita pada jabatan
pemerintahan, dengan tanpa ada rasa takut atau cemas dari mereka.
Pada tahapan ini, dengan adanya perubahan yang terjadi di banyak
pelabuhan, pulau, dan kota lainnya di negara kita, ditambah dengan
devisa perbankan kita yang terus meningkat, kita akan merencanakan
langkah-langkah untuk menjatuhkan perekonomian negara-negara tetangga.
Tentu saja para pemilik modal dengan alasan keuntungan, keamanan dan
stabilitas ekonomi, akan mengirimkan seluruh rekening mereka ke negara
kita; dan ketika kita memberikan kebebasan kepada semua orang, dalam
menjalankan seluruh kegiatan ekonominya, dan pengelolaan rekening
banknya di negara kita, tentunya negara mereka akan menyambut rakyat
kita, atau bahkan memberikan kemudahan dalam kerjasama ekonomi.
Tahap Keempat (sepuluh tahun keempat):
Pada tahap ini, telah terhampar di depan kita fenomena; dimana banyak
negara yang para penguasa dan ulamanya saling bermusuhan, pebisnis yang
hampir bangkrut dan lari, serta masyarakat yang tak aman, sehingga siap
menjual hak miliknya dengan separo harga sekalipun, agar mereka bisa
pindah ke daerah yang aman.
Di saat terjadinya kegentingan inilah,
para duta kita akan menjadi pelindung bagi hukum dan para penguasanya.
Apabila para duta itu bekerja dengan sungguh-sungguh, tentunya mereka
akan mendapatkan jabatan terpenting dalam pemerintahan dan kemiliteran,
sehingga dapat mempersempit jurang pemisah antara para pemilik
perusahaan yang ada dengan para penguasa.
Keadaan seperti ini,
memungkinkan kita untuk menuduh mereka yang bekerja dengan tulus untuk
penguasa sebagai para penghianat negara, dan ini akan menyebabkan
diberhentikannya mereka atau bahkan diusir dan diganti dengan kader
kita.
Langkah ini akan membuahkan dua keuntungan, pertama: Pengikut
kita akan mendapat kepercayaan yang lebih baik dari sebelumnya. Kedua:
Kebencian ahlus sunnah akan semakin meningkat, karena meningkatnya
kekuatan syi’ah di berbagai instansi negara. Ini akan mendorong ahlus
sunnah untuk meningkatkan langkah menentang penguasa. Di saat seperti
itu, kader-kader kita harus bersanding membela penguasa, dan mengajak
masyarakat untuk berdamai dan tetap tenang. Dan pada saat yang
bersamaan, mereka akan membeli kembali rumah dan barang yang semula akan
mereka tinggalkan.
Tahap Kelima (sepuluh tahun terakhir):
Pada sepuluh tahun kelima, tentunya iklim dunia telah siap menerima
revolusi, karena kita telah mengambil tiga pilar utama dari mereka, yang
meliputi: keamanan dan ketenangan dan kenyamanan. Sedangkan
pemerintahan yang berkuasa, akan menjadi seperti kapal ditengah badai
dan nyaris tenggelam, sehingga menerima semua masukan yang akan
menyelamatkan jiwanya.
Di saat seperti ini, kita akan memberikan
masukan melalui beberapa tokoh penting dan terkenal, untuk membentuk
himpunan rakyat dalam rangka memperbaiki keadaan negara, dan kita akan
membantu penguasa untuk mengawasi berbagai instansi dan mengamankan
negara. Tak diragukan lagi, tentunya mereka akan menerima usulan itu,
sehingga para kader pilihan kita akan mendapatkan hampir keseluruhan
kursi di dalamnya. Kenyataan ini tentu akan menyebabkan larinya para
pengusaha, ulama dan pegawai setia pemerintahan, sehingga kita akan
dapat menggulirkan revolusi islam kita, ke berbagai negara, tanpa
menimbulkan peperangan atau pertumpahan darah.
Seandainya, pada
sepuluh tahun terakhir, rencana ini tidak membuahkan hasil, kita tetap
bisa mengadakan revolusi rakyat dan merebut kekuasaan dari tangan
penguasa.
Apabila penganut syi’ah adalah penduduk, penghuni dan
rakyat negara itu, maka berarti kita telah menunaikan kewajiban, yang
bisa kita pertanggung-jawabkan di depan Allah, agama, dan madzhab kita.
Bukan tujuan kita untuk mengantarkan seseorang kepada tampuk pimpinan,
tetapi tujuan kita hanyalah menggulirkan revolusi, sehingga kita mampu
mengangkat bendera kemenangan agama tuhan ini, dan menampakkan
nilai-nilai kita di seluruh negara. Selanjutnya kita mampu maju melawan
dunia kafir dengan kekuatan yang lebih besar, dan menghias alam dengan
cahaya Islam dan ajaran syi’ah, sampai datangnya imam Mahdi yang
dinantikan))
–selesai sudah naskah misi revolusi itu–
Lihatlah wahai para pembaca… betapa busuknya rencana mereka… betapa
besarnya kebencian mereka terhadap Ahlus Sunnah… Kita sekarang tahu
bahwa Syi’ah bukanlah sekedar aliran paham biasa, akan tetapi ia
sekarang berubah menjadi aliran pergerakan politik yang bisa merongrong
eksistensi negara.. Lihatlah bagaimana mereka merencanakan pengguliran
revolusi sedikit demi sedikit, bagaimana mereka menjadikan dutanya
sebagai alat penyebar aliran, sekaligus alat politiknya.
Subhanallah… semoga Allah menyelamatkan kita Ahlus Sunnah wal Jama’ah (ISLAM) dari tipu daya mereka.
Allah berfirman (yang artinya): “Mereka membuat tipu daya, maka Allah
pun membalas dengan tipu daya. Dan Allah adalah sebaik-baik pembalas
tipu daya…” (Qs Ali Imron: 54)
Semoga tulisan ini bisa menyadarkan mereka yang menyuarakan, perlunya pendekatan antara Syi’ah dan Ahlus Sunnah.
Sungguh mengherankan, adakah yang masih mengharapkan kebaikan dari kaum
yang selalu berbohong atas Allah dan Rasul-Nya… Adakah yang masih ingin
membangun kerukunan dengan kaum yang meyakini bahwa Al-Qur’an sudah
tidak orisinil lagi… Adakah yang masih mengharapkan bersanding dengan
kaum yang mengkafirkan Abu Bakar, Umar, Utsman, bahkan seluruh Sahabat
Rasul, kecuali tiga saja (Salman al-Farisy, Miqdad dan Abu Dzar)… Adakah
yang masih berprasangka baik kepada kaum yang menuduh Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam selama hidupnya telah berzina dengan
Aisyah… Adakah Ahlus Sunnah yang masih menganggap baik kaum yang telah
membunuh ratusan bahkan ribuan ulama Ahlus Sunnah di Iran dan negara
lainnya… Adakah Ahlus Sunnah yang masih toleran dengan kaum yang tidak
mengizinkan satu pun masjid Ahlus Sunnah di Teheran Ibu kota Iran….
Sungguh tidak pernah habis rasa heran ini melihat kenyataan yang ada di
lapangan…
Mungkin banyak diantara kita yang tidak melihat bukti
nyata dari omongan diatas… mungkin ada yang mengatakan bahwa fakta di
atas adalah sebatas tuduhan yang tak beralasan… tapi ingatlah bahwa
diantara inti ajaran kaum Syi’ah adalah TAKIYAH, yakni: membohongi
publik untuk keselamatan diri… ingatlah bahwa bohong semacam itu dalam
akidah mereka adalah amalan ibadah yang berpahala… Ingatlah hadits palsu
yang selalu mereka gembar-gemborkan: “Tidak punya agama, siapa pun yang
tidak menerapkan takyiah.”
Ternyata selama ini, kita tidak
melihat kejanggalan yang ada pada mereka, disebabkan takiyah (baca:
kebohongan) mereka kepada kita… Ternyata selama ini tidak terlihat
perbedaan yang mendasar antara kita dan mereka, karena tabir tebal yang
mereka gunakan untuk menutupi kebusukan batin… Tapi itulah,
sepandai-pandai tupai melompat pasti akan jatuh juga… Selincah-lincah
kuda berlari pasti akan terpeleset juga… Inilah diantara bukti
semerbaknya bau busuk mereka… Alhamdulillah.. awwalan wa aakhiron berkat
Allah azza wa jall terbuka juga misi rahasia jangka panjang mereka…
Subhanakallahumma wa bihamdika… wa tabaarakasmuk wa ta’ala jadduk… wa laa ilaaha ghoiruk…
***
sumber:www.albayan-magazine.com